VOXINDONESIA.COM - Di jagat maya, beredar luas protes dari ratusan siswa SMA dan SMK yang gagal mendaftar kuliah melalui jalur prestasi, diduga akibat kelalaian guru. Para siswa ini merasa kecewa karena data mereka tidak terdaftar di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) hingga batas waktu 31 Januari 2025. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk mendaftar kuliah melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Salah satu sekolah yang siswanya gagal mendaftar SNBP adalah SMK Negeri 2 Solo. Para siswa meluapkan kekecewaan mereka dengan membentangkan spanduk di depan pagar sekolah. Beberapa spanduk tersebut bertuliskan "Pray for Stemsa", "Guru Lalai, Kami Terbengkalai", hingga "RIP SNBP". Protes ini mencerminkan kekecewaan mendalam para siswa terhadap kelalaian yang terjadi.
SNBP adalah jalur penerimaan mahasiswa baru untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Jalur ini diperuntukkan bagi siswa SMA/SMK/MA yang memiliki prestasi unggul, memungkinkan mereka melanjutkan pendidikan tinggi tanpa harus mengikuti ujian tertulis. Namun, kelalaian dalam pendaftaran PDSS mengakibatkan banyak siswa kehilangan kesempatan ini.
Di SMA Negeri 1 Mempawah, Kalimantan Barat, protes siswa pecah setelah mengetahui data mereka terlambat didaftarkan ke PDSS. Para siswa memprotes guru yang menyebabkan mereka tidak bisa mendaftar SNBP. Dalam video yang viral, terlihat guru berusaha memberikan penjelasan di depan siswa yang berunjuk rasa. Para siswa tampak sedih dan kecewa.
Menurut guru, keterlambatan input data disebabkan oleh bencana banjir. Mereka meminta maaf dan menawarkan solusi berupa pembiayaan bimbingan belajar selama tiga bulan bagi siswa yang memenuhi syarat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Barat pun memanggil pihak sekolah untuk memberikan penjelasan.
Disdikbud Kalimantan Barat menilai pihak sekolah gagal menginput data siswa, yang merupakan syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi melalui jalur tanpa tes. Kadisdikbud Kalbar, Rita Hastarita, memerintahkan koordinasi dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI untuk menyelesaikan masalah ini, mengingat portal SNPMB sudah ditutup sesuai jadwal.
Siswa SMKN 2 Solo juga mengalami hal serupa. Mereka membentangkan spanduk protes di depan sekolah, menuntut pertanggungjawaban atas kelalaian yang terjadi. Salah satu wali murid, Nayla, menyatakan bahwa pihak sekolah lalai dalam menyelesaikan pendaftaran PDSS. Akibatnya, siswa kehilangan kesempatan untuk mengikuti SNBP.
Sebagai solusi, kepala sekolah SMKN 2 Solo dikabarkan terbang ke Jakarta untuk menyelesaikan persoalan ini. Mereka berusaha menghubungi instansi terkait untuk mencari jalan keluar. Sementara itu, Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) berjanji memfasilitasi 373 sekolah yang belum menyelesaikan finalisasi PDSS.
Kasus ini menyoroti pentingnya ketelitian dan tanggung jawab dalam proses administrasi pendidikan. Kelalaian yang terjadi tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga mencoreng reputasi sekolah. Diharapkan, pihak terkait dapat menemukan solusi yang adil dan memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Dukungan dan kerjasama dari semua pihak sangat diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik dan responsif terhadap kebutuhan siswa.
Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?