
Mantan Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto, kembali menjadi perhatian publik setelah dinyatakan bebas bersyarat dari Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Kehadirannya menimbulkan spekulasi baru mengenai dinamika internal Partai Golkar, khususnya terkait potensi munculnya kembali faksi-faksi yang selama ini meredup.
Pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, menilai kembalinya Novanto membawa risiko bagi stabilitas internal Golkar. Menurutnya, kehadiran mantan Ketua DPR RI itu berpotensi menghidupkan kembali faksi-faksi di tubuh partai beringin. Kondisi ini bisa menjadi tantangan serius bagi Golkar dalam menjaga konsolidasi menjelang kontestasi politik mendatang.
Selama memimpin Golkar, Setya Novanto dikenal berhasil membangun jaringan politik yang luas dan memiliki loyalis yang cukup kuat. Reputasi serta pengaruh tersebut masih dianggap relevan, sehingga kembalinya ia ke panggung politik membuka peluang bagi faksi yang mendukungnya untuk kembali menegaskan eksistensinya.
Kemunculan kembali Novanto menimbulkan reaksi beragam di internal Golkar. Sebagian pihak menyambut positif, menilai dirinya masih mampu memberi kontribusi terhadap strategi partai. Namun, ada pula yang khawatir kehadirannya justru memicu gesekan antar-faksi yang berpotensi melemahkan soliditas partai.
Bagi Partai Golkar, situasi ini menjadi tantangan tersendiri. Partai harus mampu mengelola dinamika internal agar potensi kebangkitan faksi tidak mengganggu stabilitas organisasi. Jika dikelola dengan baik, momentum ini justru bisa menjadi peluang memperkuat konsolidasi dan meningkatkan daya saing partai di arena politik nasional.
Kembalinya Setya Novanto menandai fase baru dalam perjalanan politik Partai Golkar. Meski pengaruhnya masih besar, kehadirannya juga mengandung risiko berupa kebangkitan faksi-faksi internal. Bagaimana Golkar merespons situasi ini akan sangat menentukan arah partai ke depan dalam percaturan politik Indonesia.
Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?