clock December 24,2023
Pemulangan Warga Gaza Utara: Secercah Harapan di Tengah Gencatan Senjata

Pemulangan Warga Gaza Utara: Secercah Harapan di Tengah Gencatan Senjata

Puluhan hingga ratusan ribu jiwa dari Jalur Gaza akhirnya dapat kembali ke kediaman mereka di Gaza Utara pada Senin (27/1/2025). Pemulangan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang memberikan secercah harapan baru bagi warga yang telah lama terpisah dari rumah mereka.


Antrean kendaraan yang bergerak dari Gaza Selatan menuju Gaza Utara mencapai panjang 5 km saat melintasi Koridor Netzarim. Koridor ini membentang sejauh 6 km, memisahkan bagian utara dan selatan Gaza di wilayah Gaza Tengah. Pada masa konflik, koridor ini dijaga ketat oleh pasukan Israel yang siap menembak siapa pun yang mencoba melintasinya.


Setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai, sebagian pasukan Israel ditarik dari koridor tersebut, memberikan kesempatan bagi warga Gaza Utara untuk kembali ke rumah mereka. Pengungsi Palestina diizinkan melintasi koridor ini setelah Hamas menyerahkan beberapa nama sandera Israel yang akan dibebaskan dalam pertukaran tahanan berikutnya. Salah satu sandera tersebut adalah Arbel Yehud, seorang perempuan sipil Israel terakhir yang masih berada di Gaza.


Antrean panjang menunggu pembukaan Koridor Netzarim selama lebih dari tiga jam sebelum akhirnya para pengungsi dapat melintasi pos pemeriksaan militer. Pasukan Israel tidak lagi berada di pos-pos pemeriksaan, peran mereka digantikan oleh petugas dari perusahaan keamanan asing. Pasukan Zionis ditempatkan beberapa kilometer dari rute yang dilalui warga sipil untuk kembali ke utara Jalur Gaza.


Arus pemulangan warga sipil ke Gaza Utara dilakukan secara berkelompok. Setiap kendaraan telah mendapatkan tanda dari militer Israel untuk melewati koridor tersebut. Proses pemeriksaan memakan waktu beberapa menit dengan menggunakan sinar-X untuk memastikan tidak ada senjata yang dibawa dalam kendaraan. Diperkirakan jumlah truk dan mobil yang diizinkan melintas akan bertambah dalam beberapa jam ke depan.


Meskipun demikian, perjalanan pulang ini tidak sepenuhnya bebas dari tantangan. Warga sipil harus melewati rute yang rapuh dan dipenuhi puing-puing bangunan yang runtuh. Kondisi ini menambah kesulitan bagi mereka yang ingin segera kembali ke rumah.


Ismail Abu Matter, seorang ayah dari empat anak yang telah menunggu selama tiga hari untuk menyeberang ke Gaza Utara bersama keluarganya, menggambarkan suasana haru dan gembira yang dirasakan para pengungsi. Mereka bernyanyi, berdoa, dan menangis saat bertemu kembali dengan kerabat yang telah lama terpisah. "Ini adalah kegembiraan saat pulang," kata Abu Matter, seperti dikutip dari Al Jazeera.


Keluarga Abu Matter termasuk di antara ratusan ribu warga Palestina yang melarikan diri atau diusir dari wilayah yang kini menjadi bagian dari negara Yahudi pada perang tahun 1948. "Kami kira tidak akan kembali, seperti nenek moyang kami," tuturnya.


Pemulangan warga Gaza Utara ini menandai babak baru dalam upaya mencapai perdamaian di wilayah yang telah lama dilanda konflik. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, harapan untuk masa depan yang lebih baik tetap ada di hati setiap warga yang kembali ke rumah mereka. Dengan adanya gencatan senjata ini, diharapkan hubungan antara Israel dan Palestina dapat terus membaik, membawa kedamaian dan stabilitas bagi seluruh penduduk di wilayah tersebut.

Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?

Berita Terkait

Follow US

Top Categories